“Becoming a Global Citizen: A New Frontier for Global Indonesian”: GI Net 11th event on July 1st 2013
Memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan membuat Indonesia berpotensi besar sebagai negara tujuan investasi asing. Disisi lain, Indonesia dihadapkan oleh permasalahan kekurangan tenaga kerja berkompeten baik dari segi kuantitas ataupun kualitas. Untuk menjawab tantangan global, Indonesia harus dapat mencetak tenaga kerja yang berdaya saing global. Tantangan dalam pengembangan talent tersebut yang dibahas dalam program Global Indonesia Network ke 11 dengan tema “Becoming a Global Citizen: A New Frontier for Global Indonesian”, 1 Juli 2013 di Gedung Sekolah Pasca Sarjana UNIKA Atma Jaya. Program yang diselenggarakan berkala untuk memfasilitasi dialog antara dunia akademis dan praktis ini menghadirkan dua pembicara utama yaitu Dr. Hana Panggabean, Direktur, Sekolah Pasca Sarjana UNIKA Atma Jaya dan Bapak Adi Prabowo dari Johnson & Johnson Asia Pacific. Hadir sebagai moderator adalah Prof. Dr. Hora Tjitra, Direktur Tjitra & Associates dan Associate Professor dari Zhejiang University. Diskusi interaktif mempertemukan para manajemen dari perusahaan nasional dan multi nasional yaitu dari DuPont Indonesia, Charoen Pokphand, Triputra Group, MRA Group, Telkom Corporate University, DHL Indonesia, dan Adi Sarana Armada (ASSA) dengan para akademisi profesional dari UNIKA Atma Jaya dan Universitas Pancasila.
Dr. Hana Panggabean membuka diskusi dengan menjelaskan mengenai sensitivitas antar budaya sebagai salah satu kompetensi yang dibutuhkan agar dapat mengelola kerjasama internasional dengan efektif. Menurut Dr. Panggabean, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultur, memiliki sensitivitas yang baik ditandai dengan memiliki kepekaan serta sikap menghargai akan perbedaan. Hal ini seharusnya menjadi poin unggul dari bangsa Indonesia dalam kerjasama global. Namun, yang perlu dikembangkan adalah bagaimana meningkatkan sensitivitas intra budaya (antar etnis) menjadi sensitivitas antar budaya (antar negara). Berdasarkan hasil studinya, ia menyampaikan bahwa pemimpin Indonesia memiliki kemampuan membangun grup harmony serta interpersonal skill yang diakui dan disukai dunia global.
Ia melanjutkan, untuk mengatasi tantangan persaingan global, tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan keahlian teknis serta komunikasi asertif. Moderator, Prof. Dr. Hora Tjitra, menambahkan bahwa keterampilan teknis yang kurang dari tenaga kerja Indonesia bermula karena karyawan saat di entry level terlalu cepat untuk ‘melompat’ karir dari spesialis ke karir yang generalis. Sedangkan permasalahan gaya komunikasi yang implisit dari orang Indonesia juga diakui oleh peserta diskusi dari kalangan industri. Menurut mereka dalam konteks kerjasama internasional, orang Indonesia perlu untuk lebih menunjukkan kemampuannya melalui cara menyampaikan pendapat atau melakukan presentasi.
Sesi dilanjutkan dengan sharing pengalaman dari Bapak Adi Prabowo sebagai seorang warga Indonesia yang telah sukses berkarir di luar negeri dan saat ini memimpin salah satu divisi di Johnson & Johnson, Asia Pacific. Selain memiliki kemampuan akademis yang baik, dalam karir nya beliau banyak terlibat dalam project dengan tim multikultur dan multifungsi yang membantu pengembangan pribadinya. Proses tersebut ‘memaksa’ beliau untuk melakukan pendekatan dengan berbagai orang dari bangsa dan juga fungsi kerja berbeda. Ia menekankan pentingnya untuk memiliki networking yang luas agar dapat sukses berkarir secara global. Sedangkan hal yang perlu ditingkatkan oleh tenaga kerja Indonesia adalah dalam penguasaan bahasa asing, bagaimana memiliki standar yang tinggi dalam bekerja serta lebih percaya diri dalam berkomunikasi.
Pada sesi diskusi, para peserta sepakat bahwa dunia akademisi dan dunia industri harus saling bahu membahu dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten yang memiliki daya saing global. Untuk menghadapi permasalahan keterampilan teknis, masukan dari para peserta antara lain memperbanyak vocational school dan membangun kurikulum yang menggabungkan antara teoritis dan juga praktik kerja di dunia industri. Di sisi lain, kepekaan akan perbedaan budaya, pengembangan karakter berintegritas serta gaya komunikasi dari bangsa Indonesia harus juga dibentuk agar di masa depan nanti bangsa Indonesia dapat diterima dan diakui sebagai warga negara global.
*The Global Indonesian Network: a series of dialogue between academic research and corporate practices, hosted by the Faculty of Psychology Atma Jaya Catholic University of Indonesia and Tjitra & Associates, with our strategic partners, among others are: Zhejiang University, Kontak KMKI, Radio Brava and PortalHR. Our aim is to promote a closer academic-practices dialogue and to establish a common learning platform where theory meets reality.
Host & Founder
Atma Jaya Catholic University of Indonesia is one of the most prestigious higher educational institutions in Indonesia.
Co-Founder & Sponsor
Tjitra & associates is an international management consulting firm with offices in Hong Kong, Shanghai, Jakarta and Hangzhou. Focus of activities is on cultural diversity, talent management and strategic change.
Media Partners
We Invite You to Join With Us On:
Hot Items
Latest Books on Global Talents from the Initiators of Global Indonesian Network
Contact us for more information: gi-net(at)tjitra.com
Twitter Feed
Sorry, no Tweets were found.
Categories
- Book Review (5)
- Change (8)
- Culture (24)
- Event, Speech, Publication and Presentation (45)
- Knowledge (22)
- Other (14)
- Talent (13)
Archives
Tag Cloud
Academics activity Atma Jaya Atmajaya Brava Radio business Change China Corporate Cross Culture Cultural Awareness culture culture shock development event Germany GI-Net global Global Indonesian global leadership Hora Tjitra HR Human Resources Indonesia Indonesian Intercultural International Jakarta Leader leaders leadership Learning management Organization Paper Prejudice Psychology review seminar Strangeness Talent Telkom Tjitra associates Training Unilever