Developing a Positive Workplace Climate to Enhance Productivity and Quality of Life - Stress, Health, and Well-Being Management at Work: a Biopsychosocial approach

Pada hari Sabtu, 3 Mei 2014 bertempat di Gino Feruci Hotel Bandung, HIMPSI (Himpunan Psikologi Seluruh Indonesia) Jawa barat menyelenggarakan sebuah seminar yang bertajuk “Developing a positive climate workplace to enhance productivity and quality of life-stress, health, and well-being management at work : a biopsychosocial apporach.”

Hadir sebagi pembicara adalah Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono, direktur utama BRI pada tahun 1993 – 2000, membawakan topik “Pengelolaan aspek manusiawi menuju organisasi efektif” Parlindungan Marpaung, Psikolog., M.Ti., MA, HR konsultan dan inspiring trainer, membawakan topik “Dunia kerja: aktualisasi dan kualitas hidup”, Dr. Hora Tjitra, Executive Director & Chief Consultant Tjitra & Associates, membawakan topik “Developing positive climate in workplace” serta Dr. Ahmad Gimmy Prathama, Psikolog, membawakan topik “Pengembangan employee assistant service di dunia kerja

Acara 2 sesi yang diketuai oleh Dr. Yus Nugraha, M.A., Psikolog ini berjalan dengan sangat menarik. Para panelis pembicara, tidak hanya memberikan penjabaran teoritis saja namun juga mengaitkan materi dengan pengalaman masing-masing pembicara.

Topik pertama pada sesi pertama dimulai dengan pemaparan Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono mengenai pengalamannya saat menjadi direktur utama BRI. Ia mengatakan bahwa saat terjadi pergantian kemimpinan, Bank BRI tidak menunjukkan adanya gejolak yang berarti. Ia Juga mengatakan bahwa manusia aset yang sangat menentukan di dalam suatu lembaga termasuk lembaga paling kecil yaitu rumah tangga. Ia mengutip pernyataan Prof. Matsushita yang menyebutkan bahwa hal terpenting yang harus dilakukan terlebih dulu adalah membangun sumber daya manusia terlebih dahulu sebelum menciptakan suatu produk unggulan. Ia juga menekankan bahwa nilai yang harus dijunjung tinggi sebagai pemimpin adalah integritas, disiplin, efektif dalam bekerja dan kasih sayang. Seorang bawahan yang diberikan perhatian akan merasa dihormati dan diperhatikan sehingga ia akan menunjukkan performa terbaiknya. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa pembangunan manusia merupakan sebuah pembangunan yang sangat penting dan mendasar dalam membangun sebuah perusahaan. Manusia adalah aset yang terpenting yang dimiliki perusahaan yang harus dipelihara dan dikembangkan.

Topik kedua pada sesi pertama ini, tiba giliran Parlindungan Marpaung, Psikolog., M.Ti., MA, dibantu dengan dr. Indra untuk memberikan materi. Parlindungan Marpaung menekankan keseimbangan dalam hidup Menurutnya manusia harus dapat membagi keseimbangan agar tidak stress dan terhindar dari penyakit seperti stroke, jantung, dsb. Ia juga mengajak untuk memahami bahwa kehidupan adalah sesuatu yang dinamis. Ada pengalaman bahagia, pengalaman mengecewakan maupun pengalaman yang menyedihkan yang semuanya adalah bagian dari perjalanan hidup. Parlindungan Marpaung, Psikolog., M.Ti., M.A juga membicarakan mengenai perubahan. Menurutnya, perubahan harus diterima dan dihadapi, baik suka maupun tidak suka dengan perubahan tersebut. Stress akan muncul ketika seseorang terlalu lama dan bingung menghadapi perubahan tersebut. Meskipun demikian ia menunjukkan bahwa orang mengeluarkan kemampuan terbaiknya ketika berada dalam situasi yang membuat orang tersebut tidak nyaman. Ia juga menyampaikan pernyataan dari Zig Ziglar, bahwa ada hal dalam hidup yang harus kita lakukan secara seimbang untuk mencapai quality of life yang baik, yaitu: Spirituality, finance, health, social relation, self improvement, family, carrier. Sedangkan tujuan hidup kita adalah bagaimana kita bisa mencapai hidup yang berarti.  

Setelah istirahat, Sesi pun dilanjutkan ke sesi kedua. Sesi kedua ini dimulai dengan pemaparan oleh Dr. Hora Tjitra mengenai Iklim positif pada dunia kerja berdasarkan riset dan pengalaman yang dimilikinya. Dr. Hora Tjitra pada awalnya membedakan antara climate dengan budaya. Climate lebih kepada perasaan yang dirasakan seseorang terhadap lingkungan pekerjaannya sedangkan budaya adalah sesuatu yang lebih mendalam. Di Indonesia konflik dalam kaitannya dengan working climate merupakan sesuatu yang negative dan menimbulkan stress. Namun menurut pengalamannya saat bekerja dengan perusahaan di Jerman, banyak perusahaan Jerman yang salah satu kompetensi modelnya adalah conflict management. Hal ini karena orang Jerman percaya bahwa jika tidak ada konflik maka seseorang tidak dapat produktif, tidak maju dan tidak dapat berkembang. Konsep dan kompetensi ini ketika dibawa ke Asia, akan menjadi suatu masalah. Mereka akan melihat orang Asia cenderung tidak kompeten karena bagi orang Asia strateginya adalah menghindari konflik. Working climate asia adalah kekeluargaan, kebersamaanm guyub. Sedangkan working climate Jerman adalah efficiency, effectiveness, suatu keterbukaan dalam konflik, membicarakan masalah secara jelas. Dr. Hora Tjitra menekankan bahwa apabila orang Indonesia ingin sukses di lingkungan internasional, maka diperlukan kemampuan untuk bisa memanagemen konflik hingga level tertentu agar bisa bersaing dengan bangsa lain. Dalam hal kepemimpinan, pemimpin di Indonesia diharapkan sebagai seseorang yang mampu mendengarkan dan mengumpulkan pendapat. Hal ini lah yang membuat Indonesia menggunakan kata rapat yang berarti merapatkan pendapat-pendapat yang ada. Dr. Hora Tjitra mengakhiri pemaparannya dengan mengatakan bahwa pemimpin-pempimpin Indonesia mengaitkan kinerjanya dengan sesuatu yang lebih tinggi seperti agama misalnya bahwa bekerja itu adalah ibadah, bukan hanya mengerjakan sesuatu untuk gaji.

Pembicara ke dua pada sesi ini adalah Dr. Ahmad Gimmy Prathama, Psikolog. Ia memaparkan mengenai pengembangan employee assistant service di dunia kerja. Pada awal pemaparan, Ia mengatakan bahwa dalam meningkatkan produktifitas karyawan, pemimpin harus dapat membuat nyaman karyawannya dalam hal fisik, psikologis dan sosial. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa pada tahun kedepan, penyakit yang ditimbulkan oleh stress maupun gaya hidup akan semakin meningkat sehingga biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan tidak sedikit. Menurut pengalamannya saat menjadi seorang konsultan perusahaan, ia seringkali melatih divisi HRD untuk mempunyai kemampuan konseling untuk membuat karyawan agar tetap produktif. Ia menekankan bahwa keseimbangan antara psikologis, fisik dan sosial agar di jaga untuk menjamin produktifitas karyawan.

Setelah pemaparan selesai diberikan oleh Dr. Ahmad Gimmy Prathama, maka diadakan sebuah sesi tanya jawab agar peserta dapat memahami lebih jauh mengenai pemaparan tersebut. Peserta nampak antusias saat sesi tanya jawab dilakukan. Setelah sesi Tanya jawab selesai, maka sesi ditutup dengan menyimpukan keseluruhan materi yang dibawakan oleh para pembicara yang diberikan. Penyimpulan tersebut dilaksanakan  oleh Dr. Elmira N. Sumintardja, Psikolog. 

About Poster

Global Indonesian Network – who has written posts on Global Indonesian Network.


Tagged with:
 

Comments are closed.