DSC_0538

Global Indonesian Network, acara rutin yang digagas oleh Tjitra & Associates bekerjasama dengan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, kembali digelar pada hari Jumat 30 Agustus 2013 lalu, bertempat di Gedung Yustinus, Universitas Atma Jaya, Jakarta. Mengusung tema “Developing Global Competence for Future Indonesian Leaders” acara yang menjadi wadah dalam mempertemukan akademisi dan praktisi dengan konsep roundtable discussion ini, dihadiri oleh 32 peserta yang terdiri dari akademisi, media, dan juga top manajemen dari berbagai perusahaan nasional dan multinasional seperti Kapal Api Global, DuPont Indonesia, Total Bangun Persada, Astra Honda Motor, Panorama Tours Indonesia, Kalbe Group dan Telkom Corporate University. Acara yang dibuka dengan sambutan dari host, yaitu Dr. Hana Panggabean, Direktur Sekolah Pasca Sarjana Unika Atma Jaya ini menghadirkan Dr. Juliana Murniati, Dekan Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dan Enny Sampurno, HR Director Unilever Indonesia sebagai pembicara.

 

DSC_0315Pada sesi pertama Dr. Juliana Murniati, membuka penjelasannya dengan memaparkan fakta mengenai tingkat kegagalan beradaptasi dari karyawan yang bertugas ke luar negeri. Data penelitian menunjukkan 10-50% dari mereka yang dikirim untuk bekerja di luar negeri, kembali ke negara asalnya lebih awal dari masa penugasan (Eschbach et, al, 2001). Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa ketidakberhasilan tersebut bukan berarti memperlihatkan orang Indonesia tidak kompeten, tetapi masih kurangnya kemampuan dalam beradaptasi dengan budaya setempat. Di sisi lain, seperti kita ketahui bersama, bahwa Indonesia dikenal sebagai negara yang beragam dengan bermacam-macam suku, budaya, bahasa serta agama, seharusnya sudah terbiasa dengan perbedaan dan menjadi potensi natural untuk dapat bersaing dalam kancah global. Lalu bagaimana cara untuk memaksimalkan potensi orang Indonesia di kancah global? Dr. Juliana Murniati menekankan perlu adanya pembekalan sejak awal sebelum seseorang menjalankan tugas ke luar negeri, yaitu dengan melakukan training sistematis mengenai cross culture. Cross culture training perlu diberikan dan diolah kembali dengan menggali sejumlah isu-isu budaya yang muncul sebagai antisipasi dari ketidakpahaman dalam konteks perbedaan budaya.

 

DSC_0474Penjelasan dari Dr. Juliana Murniati diperdalam oleh Enny Sampurno dengan sharing praktik pengembangan global talent yang diterapkan di Unilever Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa pada tahun 2030 mendatang, Indonesia diprediksi akan menempati posisi ke 7 dunia dari segi perekonomian dan memegang peran dalam percaturan dunia. Untuk itu Unilever Indonesia mencoba mempersiapkan talent yang mampu bersaing dalam waktu 5 sampai 6 tahun mendatang serta siap mengemban tugas internasional. Namun, berbagai tantangan dapat muncul dalam mengembangkan global leaders. Seperti yang dijelaskan oleh wanita kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini, tantangan tersebut dibagi menjadi 3, yaitu saat pre-assignment, during assignment, dan post assignment

 

Pre-assignment :

Tantangan pertama yang muncul diawal penugasan karyawan ke luar negeri adalah masalah keluarga. Dari segi mobilitas hal ini perlu diperhatikan oleh perusahaan. Masalah lain adalah kecenderungan orang Indonesia yang seringkali menggunakan kata “we” daripada “i” pada sesi wawancara. Hal tersebut memunculkan kebingungan bagi pewawancara yang mempertanyakan “pekerjaan apa yang bisa Anda sendiri lakukan” yang akhirnya menyebabkan mereka gagal bersaing dalam seleksi awal dengan talent dari negara lain. 

 

During assignment :

Culture shock biasanya muncul pada tahap ini. Seseorang dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perbedaan yang ada, selain perbedaan budaya, mereka juga dihadapkan dengan perbedaan fungsi dan peran tugas, maupun perbedaan antar individu yang menentukan keberhasilan penugasan mereka.

 

Post-assignment :

Talent yang dikirim ke luar biasanya akan kembali lagi ke Indonesia setelah mereka menyelesaikan tugasnya. Di sini kesulitan biasanya muncul dalam hal matching talent management, menyesuaikan dengan posisi kosong yang tersedia.

 

Menjawab tantangan tersebut, Enny Sampurno menjelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu dengan memperkuat talent pipeline, mengirim talent yang tepat dan sesuai dengan yang diperlukan, memberikan kesempatan bagi para talent untuk  melakukan tugas ke luar sejak dini, dan yang terakhir adalah cultural awareness session dimana yang dilakukan di Unilever Indonesia adalah adanya sharing informasi dari para global talent pendahulu yang telah sukses bertugas di luar negeri untuk melakukan coaching dan pengenalan proyek internasional.

 

Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab dan diskusi antara peserta dan pembicara yang dipimpin oleh moderator, Prof. Dr. Hora Tjitra, Executive Director dari Tjitra & Associates. Dari hasil diskusi tersebut, beliau mencoba menyimpulkan bahwa tema globalisasi di Indonesia menjadi tema yang penting. Dengan adanya persaingan yang semakin ketat, keperluan untuk membawa talent ke luar negeri pun muncul. Hal ini bukan berarti melepas talent ke negara lain tetapi sebagai salah satu cara pembelajaran dalam menghadapi globalisasi. Prof. Dr. Hora Tjitra menambahkan pentingnya peran dari budaya, baik budaya lokal, regional, dan juga budaya organisasi. Budaya memegang suatu peranan dalam kesuksesan seseorang, khususnya dalam lingkup global. 

 

About Poster

Global Indonesian Network – who has written posts on Global Indonesian Network.


Comments are closed.