PageLines- CIMG2633.JPG“Kepemimpinan merupakan sebuah seni untuk bekerja melalui orang lain”. Begitulah dapat dikatakan secara singkat peran atau fungsi dari seorang pemimpin, yaitu bagaimana mencapai tujuan melalui orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya pengikut atau bawahan haruslah lebih diberdayakan dan diperhatikan kesejahteraannya. Konsep servant leadership (kepemimpinan melayani) dapat dikatakan sebagai konsep yang paling tepat untuk memenuhi kriteria pemimpin tersebut.

 

Detail konsep-teoritis serta best practice dari servant leadership ini dibahas secara mendalam dari segi akademis dan pengalaman organisasi dalam program Global Indonesian Network (GI Net) ke 9 yang berlangsung Kamis, 4 April 2013 dengan tema “Servant Leadership: Leading with Heart” di kampus UNIKA Atma Jaya, Jakarta. Program GI Net sebagai wadah untuk memfasilitasi pembelajaran antara dunia akademis dan bisnis diselenggarakan secara berkelanjutan oleh Tjitra Management Consulting bekerja sama dengan UNIKA Atma Jaya. Acara kali ini dihadiri oleh sekitar 20 orang pimpinan dan top manajemen dari berbagai perusahaan nasional dan multinasional antara lain Total Bangun Persada, Kapal Api Global, Sampoerna Print Pack, Mandarin Oriental, Wilmar Industry, dan Schott Igar Glass. 

 

Pemaparan konsep mendalam dari sudut pandang akademisi dilakukan oleh Dr. Hana Panggabean-Direktur Sekolah Pasca Sarjana UNIKA Atma Jaya yang membahas mengenai sejarah, teori dan hasil penelitian terkait servant leadership. Dr Panggabean mengatakan bahwa servant leadership yang tergolong dalam konsep kepemimpinan kontemporer ternyata telah dikemukakan di dunia Barat sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Di Indonesia sendiri konsep ini menjadi popular seiring dengan munculnya tokoh pemimpin dengan karakteristik serupa seperti Jokowi dengan konsep “blusukan”. Dikatakan oleh Dr Panggabean, bahwa pemimpin yang melayani didasari oleh keinginan atau dorongan yang tulus untuk melayani terlebih dahulu. Hal ini ditandai dengan karyawan yang dipimpin haruslah merasa lebih berkembang, lebih mampu, lebih mandiri (self reliant) karena mereka telah diberdayakan oleh pemimpinnya.

 

Lebih lanjut, Dr. Panggabean mengatakan bahwa servant leadership ini sesuai untuk diterapkan di masyarakat Indonesia. Survey yang dilakukan oleh majalah SWA tahun 2012 menunjukkan bahwa faktor utama penunjang kebahagiaan di tempat kerja bagi karyawan Indonesia adalah suasana kerja yang nyaman dan kekeluargaan. Hal tersebut menunjukkan perlunya karakter leader yang mampu berfokus dalam hal tersebut. Hasil riset majalah yang sama mengenai kesamaan karakteristik dari sejumlah CEO yang diwawancarai dan dianggap merupakan CEO terbaik juga menunjukkan bahwa mereka memiliki karateristik yang fokus kepada SDM. Sehingga dapat disimpulkan praktik kepemimpinan yang humble, toleran, tulus, mau mendekatkan diri dengan karyawan serta dapat menciptakan generasi penerus merupakan seni yang haruslah dikuasai pemimpin agar mereka dapat mencapai tujuan dengan efektif.

 

Pada sesi selanjutnya, hasil teori yang dibagikan oleh Dr. Panggabean dikonfirmasi oleh praktik kepemimpinan yang diterapkan oleh Erwin Tenggono selama kurang lebih 27 tahun berkarir di Dexa Group. Menjabat sebagai Presiden Direktur di Dexa Medica dan Advisor di PT Anugrah Argon Medica, beliau pernah memimpin proses transformasi skala besar di salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia tersebut. Dari pengalaman yang dibagikan dalam memimpin perubahan tersebut, dapat dipahami bahwa beliau adalah pemimpin yang menaruh kepercayaan kepada setiap karyawan yang dipimpinnya, mau mendekatkan diri dan memiliki komitmen untuk pengembangan karyawannya dan organisasinya.

 

Beliau menambahkan agar karyawan dapat berkomitmen untuk menghasilkan yang terbaik mereka terlebih dahulu harus memegang dan “menghidupi” system nilai dan budaya dari organisasi. Disini, kunci pengembangan budaya dimulai dari pemimpin sebagai panutan dalam mencontohkan penerapan nilai budaya tersebut. Pemimpin dengan karakteristik servant leadership tidak hanya berhasil mencapai tujuan yang diharapkan namun lebih jauh lagi, mereka juga akan mampu membangun suatu budaya organisasi. Dexa Medica dan PT Anugrah Argon Medica paham betul akan pentingnya budaya organisasi. Dikatakan oleh Erwin Tenggono, slogan mereka dalam merekrut karyawan adalah “We hire character, and develop competency” dimana penilaian utamanya pada seberapa jauh calon karyawan memiliki karakter dan nilai yang sejalan dengan nilai budaya organisasi.

 

Acara ini ditutup dengan diskusi interaktif yang dipimpin oleh moderator Prof. Dr. Hora Tjitra, Direktur Eksekutif, Tjitra Management Consulting. Diskusi banyak mengangkat isu praktis seperti bagaimana peran pemimpin dalam membangun nilai – nilai dalam organisasi, dan memperoleh komitmen dari owner. Secara keseluruhan para peserta tidak hanya merasa bahwa diskusi ini membuka wawasan dan memberikan insight tetapi lebih jauh lagi memberi inspirasi bagi mereka untuk menerapkan karakter pemimpin yang mau melayani dan mempedulikan karyawan.

 

 

 

*The Global Indonesian Network: a series of dialogue between academic research and corporate practices, hosted by the Faculty of Psychology Atma Jaya Catholic University of Indonesia and Tjitra & Associates, with our strategic partners, among others are: Zhejiang University, Kontak KMKI, 

Radio Brava and PortalHR.

Our aim is to promote a closer academic-practices dialogue and to establish a common learning platform where theory meets reality

About Poster

Global Indonesian Network – who has written posts on Global Indonesian Network.


Tagged with:
 

Comments are closed.