Berubah atau tertinggal! Ungkapan ini dapat menggambarkan kondisi yang dihadapi oleh praktisi Human Resources (HR) dalam lingkungan bisnis yang kompetitif saat ini. Praktisi HR ditantang untuk lebih banyak berkontribusi dalam pertumbuhan dan kesuksesan organisasi dengan menerapkan kaidah “more with less” menghasilkan lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.

Salah satu peran utama praktisi HR dimasa depan menurut Dave Ulrich (1997) adalah menjadi business partner melalui pengembangan strategi HRM. Media teknologi menjadi alat yang dipilih HR untuk lebih berhasil dalam menjalankan perannya sebagai strategic partner di organisasi. Mengutip dari John Sullivan, Professor of Human Resources Management Program, San Fransisco yang mengatakan “What is the point

of HR people taking all day to do tasks that can be completed electronically in minutes? Time shifts are crucial in business today which requires live HR service 24 hours a day, year round. You have to do it fast.

HR dituntut untuk dapat melakukan perubahan pada fungsinya, yang disebut Lyle Spencer dalam bukunya “Reengineering Human Resources” sebagai Total Reengineering. Kembali peran teknologi menjadi kunci utama keberhasilan proses reengineering fungsi HR.

Melihat perkembangan teknologi informasi yang terjadi beberapa tahun terakhir, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini social media sedang marak dan menjadi trend terutama di kalangan Gen Y. Beberapa situs jejaring sosial yang begitu akrab di telinga kita adalah Facebook, Twitter, Linkedin, Pinterest, Myspace, dan Path. Dilansir dari situs socialbakers.com, pengguna Facebook di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai angka 42.2 juta atau terbesar ke-4 di dunia. Sebuah situs tren sosial media, SalingSilang.com, mengestimasi pengguna social media di Indonesia bisa mencapai 100 juta pengguna pada tahun 2014.

Pengaruh social media bagi organisasi khususnya HR bagaikan dua sisi mata uang. Di mana satu sisi memiliki dampak positif dan sisi lain memiliki dampak negatif.

Sisi POSITIF dari social media adalah: 

1. REKRUTMEN. Pertumbuhan social media yang digunakan oleh organisasi

untuk perekrutan berkembang cukup signifikan dari tahun 2009-2011. Hasil

survey dari Social Recruiting Survey 2011 (Jobvite), perusahaan yang sudah melakukan rekrutmen melalui jejaring sosial pada tahun 2009 sebanya 68%, naik 73.3% di tahun 2010, dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 80.2%. Kelebihan menggunakan jejaring

sosial dibandingkan cara konvensional dalam perekrutan karyawan adalah lebih cepat, biaya relative murah dan aksesnya yang luas. Melalui jejaring sosial baik kandidat maupun perusahaan dapat saling melihat dan menilai kecocokan melalui profil yang ditampilkan. LinkedIn adalah jejaring sosial yang paling banyak digunakan merekrut karyawan, di mana tahun 2010 adalah 78% dan tahun 2011 menjadi 87%. Fenomena social media terus berlanjut, dan kabar paling anyarnya adalah sebuah situs yang baru diluncurkan pada bulan Maret 2010 silam, tahun ini melejit dan menjadi buah bibir, yakni Pinterest yang disebutsebut sebagai “The Next Big Thing Site”.

2. DUTA PERUSAHAAN. Dengan 42,2 juta jumlah pengguna Facebook dan 19,5 juta jumlah pengguna Twitter, Indonesia merupakan negara dengan tingkat penggunaan social media yang besar di dunia. HR perlu melihat peluang ini sebagai kesempatan untuk mendekatkan organisasi dengan masyarakat dan pelanggan melalui karyawan. The closer you can bring your brand to your customers, the better it will be for both of you. Perusahaan swasta maupun BUMN mulai menyadari kedasyatan dari sosial media. Pada acara CEO Breakfast Meeting BUMN Marketeers Club, di Jakarta, pada 12 April 2012, direktur-direktur BUMN pun bersepakat untuk menggunakan social media sebagai strategi pemasaran.

3. SOSIALISASI. Perusahaan dapat menggunakan jejaring sosial sebagai sarana untuk mensosialisasikan informasi yang bersifat umum kepada karyawan dengan cepat, penghubung dan mendekatkan antar karyawan baik yang terpisah domisili kantornya maupun dalam lokasi yang sama.

4. MENGETAHUI KONDISI KARYAWAN Dan calon kaRyawan. Dengan banyaknya pengguna jejaring sosial yang menggunakan situs baik untuk menampilkan profil dirinya maupun untuk curhat, maka HR dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mempelajari profil calon karyawannya dan juga mengetahui kondisi karyawannya saat ini.

5. PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN. Social media bisa juga dimanfaatkan untuk menunjang program-program pembelajaran dan pengembangan kompetensi para karyawan dan manager.

Sisi NEGATIF dari social media adalah:

  1. Waktu yang dihabiskan karyawan untuk berselancar di jejaring sosial semakin meningkat, yang pada akhirnya mempengaruhi produktifitas kerja karyawan yang menurun.
  2. Karyawan yang tidak cukup bijak dapat ‘curcol’ di jejaring sosial mengenai apapun yang terjadi pada dirinya dan organisasi, yang tentunya dapat mempengaruhi citra perusahaan di masyarakat.
  3. Profil yang diposting karyawan di jejaring sosial dapat dijadikan sebagai personal branding karyawan sekaligus company branding. Company branding dalam konteks calon karyawan dapat melihat peluang atau jalur karir yang tersedia di perusahaan tersebut. Sayangnya, personal branding ini dapat dimanfaatkan bagi perusahaan.

Menurut Edward De Bono, limpahan informasi yang dimiliki social media, akan membuat orang malas berpikir dan berpotensi besar untuk menghentikan kreatifitas seseorang. Orang tidak perlu mencari data real dan cukup mengutip apa yang dikatakan oleh orang lain di Internet.

Cara HR menyikapi perkembangan social media:

  1. Praktisi HR perlu menguasai keterampilan dan pengetahuan yang berhubungan dengan social media agar dapat memanfaatkannya dengan maksimal.
  2. Kebijakan perusahaan yang jelas mengenai penggunaan jejaring sosial bagi karyawannya baik di saat jam kerja maupun saat di luar jam kerja. Kebijakan ini perlu disosialisasikan kepada seluruh karyawan baik disampaikan secara lisan, tertulis maupun melalui situs resmi perusahaan. Kegunaan dari kebijakan ini adalah karyawan mengetahui apa yang diperbolehkan maupun dilarang saat menggunakan jejaring sosial. Juga karyawan dapat diberdayakan untuk mengkomunikasikan pesan perusahaan secara efektif melalui update status di jejaring sosial.
  3. Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan mengenai tujuan social media, tanggung jawab karyawan terhadap apa yang mereka nyatakan, dampak dari personal branding, memanfaatkan social media dengan cara yang bijak dan menjaga kerahasiaan informasi perusahaan.

Dari informasi yang dipaparkan di atas, kini pilihan kembali kepada para praktisi HR apakah tetap bertahan dengan menjalankan praktek kerja konvensional atau menjawab tantangan untuk beradaptasi, belajar dan berubah.

*) Prof. Dr. Hora Tjitra, Executive Director, Tjitra & associates Consulting dan associate Professor for Applied Psychology at The Zhejiang University, China @htjitra

*) Yuvina Sari, Pengamat SDM

About Poster

Admin – who has written posts on Global Indonesian Network.


Tagged with:
 

Comments are closed.